Praktikum ke: 8 Mata Kuliah Mikrobiologi Hari, Tanggal: Rabu, 20 Mei 2015 PERHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN CAWAN Syamsul Fajri Hidayat Perikanan 4B Kelompok 2 JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 ABSTRAK aaaaaaBakteri merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Penghitungan jumlah mikroba tidak langsung bukanlah menghitung satuan sel mikroba namun koloni yang terbentuk dari satuan sel. Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berabtai. Bertempat di Labolatorium TPHP (Tempat Pengolahan Hasil Perikanan) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat 358 jumlah koloni yang didapat, kemudian setelah dikalikan dengan faktor pengencernya didapat 3,58 x 10 8.
Kata kunci: Bakteri, Metode perhitungan cawan, Pengenceran ABSTRACT aaaaaaBacteria are a group of organisms that do not have nuclear membrane of cells. These organisms belonging to the prokaryotes and the domain size is very small (microscopic). Dilution calculation method terraced cup which is intended to establish the concentration of a suspension of bacteria. Counting the number of microbes is not counting indirect microbial cell unit but make colony of unit cells. Colonies were grown in a medium that is not always derived from a single cell microorganisms, because some specific microorganisms tend to group or berabtai.
Held on Laboratory of TPHP (Tempat Pengolahan Hasil Perikanan) Fisheries Department, Faculty of Agriculture. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Results obtained which contained 358 colony number obtained, then after being multiplied by a factor of diluent gained 3.58 x 10 8. Keyword: Bacteria, Cup calculation method, Dilution PENDAHULUAN aaaaaaBakteri merupakan kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.
Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks. AaaaaaIsolasi merupakan mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya.
Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni atau biakan aksenik. Biakan yang berisi lebih dari satu macam mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan campuran, jika hanya terdiri dari dua jenis mikroorganisme, yang dengan sengaja dipelihara satu sama lain dalam asosiasi, dikenal sebagai biakan dua-jenis aaaaaaPersyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama adalah habitat inang.
Sebagai contoh fage koli yang di jumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi bahan sumbrnya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams, 2000). AaaaaaPenghitungan jumlah mikroba tidak langsung bukanlah menghitung satuan sel mikroba namun koloni yang terberbentuk dari satuan sel. Koloni yang tumbuh di dalam suatu medium itu tidaklah selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berabtai.
Bila ditumbuhkan pada suatu medium dengan lingkungan yang sesuai, maka kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni saja. Berdasarkan hal tersebut sering kali digunakan istilah Colony Forming Units (CFU) yang digunakan untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (Dwidjoseputro 1996). AaaaaaPerhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya pada Standart Plate Count (SPC), namun dapat pula menggunakan tabung reaksi. Pada pengenceran dengan menggunakan tabung yang berisi cairan fisiologis dan terlebih dahulu dikocok dengan baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar.
Namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan jumlah koloni yang umumnya relatif rendah (Hadioetomo 1996). AaaaaaPada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Setelah itu, penghitungan dengan teknik sebar. Agar sebar, sebanyak 0.1 ml sampel ditaruh pada permukaan agar yang sudah memadat dalam cawan petri. Kemudian sampel ditaruh pada permukaan agar yang sudah memadat dalam cawan petri, lalu sampel diratakan di atas permukaan media tersebut dengan bantuan alat perata (Lay 1994). Alat bantu untuk meratakan suspensi mikroba pada praktikum ini menggunakan sprider.
Kemudian setelah diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel 2008). AaaaaaTujuan pada praktikum ini untuk mempelajari cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah bakteri dalam suatu sample dengan metode hitung cawan. METODOLOGI aaaaaaPraktikum kali ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2015, bertempat di Labolatorium TPHP (Tempat Pengolahan Hasil Perikanan) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. AaaaaaBahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Suspensi bakteri Pseudoalteromonas sp, Media SWC dan larutan fisiologis. Sedangkan alat yang digunakan adalah batang penyebar, pipet, cawan petri, rak tabung reaksi dan tabung reaksi.
AaaaaaProsedur kerja pada saat melakukan praktikum ini pertama-tama siapkan alat dan bahan lalu isi tabung-tabung dengan garam fisiologis dan susun berderet, kemudian kocok sample susupensi bakteri, lalu ambil secara aseptik 1 ml suspensi bakteri. Ambil secara apsektik 1 ml suspensi bakteri lalu masukkan ke dalam tabung reaksi 9 ml (10 -1) kemudian kodok agar homogen, kemudian secara aseptik 1 ml sample tabung pengencer pertama dan masukkan k dalam tabung pengencer (10 -2), dan lakukan seterusnya untuk tabung-tabung pengencer selanjutnya. Tahap selanjutnya siapkan 3 cawan petri yang sudah steril dan 3 cawan petri yang berisi media SWC, beri kode sesuai dengan kode tabung pengencer yang akan dituangkan. Pipet 0,1 ml sample dari tabung pengencer 5, 4, dan 3 masing-masing sebar pada media SWC menggunakan tabung penyebar. Pipet 0,1 ml sample tabung tadi sekali lagi tuang ke dalam cawan petri yang steril, kemudian tambahkan media SWC cair dan selanjutnya goyangkan secara perlahan-lahan.
Biarkan agar tersebut dalam cawan-cawan petri itu menjadi padat. Setelah itu letakan dalam posisi terbaik untuk diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam. Terakhir hitung koloni yang tumbuh (30-300) dan kalikan dengan faktor pengencernya.
Tanah merupakan media yang baik digunakan untuk pertumbuhan tanaman dan juga sebagai tempat untuk hidup bagi mikroorganisme yang berhabitat didalam tanah. Mikroorganisme tanah ada yang dapat bermanfaat untuk tanaman dan ada juga yang merugikan bagi tanaman. Untuk mikroorganisme tanah yang menguntungkan merupakan mikroba yang dapat menyediakan unsur hara maupun air bagi tanaman seperti jamur mikoriza, bakteri penambat N dan lain-lain. Sedangkan mikroorganisme tanah yang dapat merugikan untuk tanaman merupakan mikroba yang menyerang tanaman dan mengambil makanan tanaman untuk kebutuhannya sendiri seperti nematoda, jamur dan bakteri. Mikroorganisme tanah yang dapat merugikan tanaman dapat mengakibatkan tanaman yang menjadi inang mikroba pengganggu tersebut seperti tanaman tumbuh tidak normal, tanaman layu, menguning, kerdil dan sebagainya maka tanaman tersebut sudah dapat dipastikan bahwa tanaman tersebut mengalami gangguan baik bitik maupun abiotik. Penggangguan tanaman biasanya berasal dari golongan biotik yang berasal dari dalam media tanam yang digunakan, baik tanah maupun tempat perantara media yang digunakan. Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari.
Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal. Sejumlah mikroorganisme (terutama jamur dan bakteri) diketahui merupakan antagonis terhadap jamur penyebab penyakit tanaman (fitopatogenik). Mikroorganisme antagonis kebanyakan adalah jamur dan bakteri, yang akan dibicarakan secara agak detail pada halaman-halaman berikut.
Kecuali jamur (fungi) dan bakteri, telah diketahui pula bahwa beberapa mikroba lainnya juga juga dapat dikembangkan menjadi fungisida dan bakterisida mikrobiologi, misalnya nematoda pemakan jamur Aphelenchus avenae merupakan parasit bagi Rhizoctonia dan Fusarium, Amoeba Vampyrella merupakan parasit bagi jamur patogen Cochliobolus sativus dan Gaeumannomyces graminis. Dari banyaknya gangguan yang disebabkan oleh mikroba maka digunakan isolasi terhadap mikroba yang menyebabkan gangguan terhadap tanaman. Prinsip pada metode isolasi mikroba adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Mikroorganisme merupakan salah satu makluk hidup yang dapat hidup pada ekosistem maupun dalam tubuh makluk hidup lainnya. Mikroorganisme terdapat beberapa yang menguntungkan bagi makluk hidup lainnya tetapi ada juga yang dapat merugikan bagi makluk hidup lainnya.
Menurut habitatnya mikrooganisme ada yang hidup di udara, tanah, tubuh makluk hidup, dan ada juga yang hidup di air. Sedangkan menurut kebutuhan oksigennya mikroorganisme ada yang aerob (membutuhkan oksigen) maupun ada juga yang anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Mikroba tanah yang bersifat anaerob biasanya terletak pada lumpur yang tergenang air dan tidak ada oksigen yang cukup (Hindersah, dkk, 2007).
Salah satu mikroorganisme yang bersifat parasit bagi tanaman seperti nematoda, bakteri dan jamur. Pada dasarnya mikroba terseebut berhabittat didalam tanah dan menyerang tanaman. Sedangkan mikroorganisme yang dapat menguntungkan tanaman seperti jamur mikoriza, bakteri penambat N bebas, dan nematoda patogen serangga. Nematoda merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat menguntungkan bagi tanaman maupun ada juga yang dapat merugikan tanaman. Nematoda ini habitatnya terdapat didalam tanah.
Nematoda biasanya yang menyerang pada tanaman menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan dapat menjadi mati apabila serangan nematoda tersebut sudah parah. Isolasi nematoda digunakan untuk mengetahui jenis nematoda dan cara nematoda tersebut menyerang tanaman. Acpi pnp0303 driver windows 7 hp 2015. Nematoda patogen tanaman biasanya dalam mulutnya terdapat alat yang disebut stilet biasanya nematoda ini menyeran akar, daun, batang dan biji.
Sedangkan nematoda entomopatogen biasanya tidak menyerang dan merugikan tanaman tetapi menjadi predator bagi nematoda lainnya maupun menjadi patogen serangga (Sucipto, 2008). Mikroorganisme tanah dapat menguntungkan bagi tanaman karena mikroorganisme ini dapat menyediakan unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu mikroorganisme yang menguntunggkan bagi tanaman adalah jamur mikoriza yang melakukan simbiosis oleh akar tanaman dan menyediakan unsur P yang dimanfaatkan oleh tanaman.
Untuk mengisolasi mikroorganisme tanah dapat dilakukan dengan cara prosedur bakteriologis biasa dan menggunakan media yang sederhana (Sutedjo, dkk, 1991). Metode ini juga dapat diterapkan pada mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit bagi tanaman. Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme. Tanah juga meruppakan medium tempat mikroorganisme tanah tinggal. Berdasarkan sumber karbon maka mikrobia dapat dibedakan atas mikrobia yang dapat mensintensis semua komponen sel dari karbondioksida yang disebut dengan autotrof. Sedangkan mikrobia yang memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbon disebut heterotrof.
Akar tanaman merupakan salah satu tempat yang dapat digunakan mikroorganisme tanah untuk menyerang tanaman. Biasanya nematoda menginfeksi akar tanaman pada bagian dalam akar dan juga pada sel epidermis tanaman. Pertumbuhan bulu akar akan dibatasi oleh kondisi tanah (terutama kelembapan) dan aktifitas mikroorganisme tanah.
Kelembapan juga dapat merangsang bagi jamur dan bakteri untuk tumbuh (Lakitan, Benyamin, 2007). Mikroorganisme bukan hanya berguna bagi tanaman tetapi juga bermanfaat bagi manusia terutama dalam pengmbangan bioteknologi. Mikroba yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman juga dapatt dikembangkan untuk penggunaan sebagai parasit terhadap serangga. Untuk kesuburan tanah juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme tanah (Isnansetiyo dan Kurniastuti, 1995).
Hal tersebut karena adanya perkembangan teknologi yang menggunakan bioteknologi pertanian seperti pemanfaatan mikroba untuk fermentasi. Dari pratikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada tanah KNO yang dilakukan oleh kelompok 1 terdapat bakteri pada hari pertama pengamatan sampai dengan hari ke empat menunjukkan peningkatan terutama pada hari pertama dengan hari ke dua mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri pada hari pertama dan kedua merupakan perkembangan bakteri yang paling efektif atau disebut dengan pertumbuhan yang dipercepat pada fase pertumbuhan bakteri. Sedangkan pada hari ke dua sampai ke empat pada kelompok 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri yang diperlambat pada fase tersebut. Tanah KNO merupakan media tanam yang tidak ada campurannya tetapi tanah saja. Rew guide. Tanah SNO yang dilakukan isolasi dengan kelompok 2 menunjukkan bahwa pada tanah SNO koloni bakteri pada hari pertama sampai hari ke empat pengamatan menunjukkan sama dengan pada tanah KNO yaitu meningkat dengan signifikan.
Peningkatan yang paling banyak ditunjukkan pada hari pertama dan hari ke dua yaitu sebesar 1041-1603 pada isolasi. Hal ini merupakan fase pertumbuhan bakteri yang dipercepat, sedangkan pada hari ke dua sampai dengan hari ke empat menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni bakteri telah diperlambat sama dengan tanah KNO yng dilakukan oleh kelompok 1. Tanah SNO merupakan tanah yang telah tercampur antara tanah dan sekam. Tanah BNO merupakan tanah yang dicampur dengan bahan organik. Pada pratikum ini pertumbuhan koloni bakteri pada kelompok 3 yang menggunakan tanah BNO tidak menunjukkan yang sama pada tanah KNO dan SNO yang dilakukan oleh kelompok 1 dan 2. Pada hari pertama sampai ke empat pengamatan pertumbuhan bakteri berturut-turut 906, 913, 1018, dan 1088. Hal ini kemungkinan bakteri yang ada dalam tanah yang kaya bahan organik tersebut terjadi perlambatan pertumbuhan karena banyak bahan organik yang telah terdekomposisi.
Tanah pisang merupakan tanah yang diambil dari bekas pertumbuhan tanaman pisang atau diambil dari daerah perakaran tanaman pisang. Pertumbuhan bakteri pada tanah pisang yang dilakukan oleh kelompok 4 menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni bakteri sama dengan kelompok 3 yang menunjukkan pertumbuhan koloni bakteri tidak tumbuh secara signifikan. Hal ini terjadi kemungkinan bahwa bakteri yang aada di tanaman pisang sudah diperlambat pada fase ini bakteri tidak dapat tumbuh lagi karena adanya senyawa yang menyebabkan pertumbuhan bakteri terhambat.
Jamur merupakan mikroorganisme tanah yang membutuhkan kelembapan pada proses pertumbuhannya. Dari data diatas pertumbuhan jamur pada kelompok 1 dengan tanah KNO tidak adanya pertumbuhan jamur yang ada baik hari ke 2 pangamatan maupun hari ke 4 pengamatan. Hal iini terjadi karena pada tanah tersebut tidak memungkinkan tumbuhnya jamur karena tekstur tanah yang terlalu keras atau sebagainya.
Pada kelompok 2 pertumbuhan jamur padda hari ke 2 dan 4 pengamatan secara masing-masing 150 dan 210. Pertumbuhan koloni jamur ini menjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dibandingkan bakteri. Pada tanah BNO yangg dilakukan oleh kelompok 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni jamur pada tanah ini juga tidak menunjukkan perrtumbuhan yang melonjak. Pada hari ke 2 dan ke 4 pengamatan pertumbuhan jamur masing-masing 4 dan 38. Pertumbuhan jamur ini ditentukan pada kondisi media yang ada. Sedangkan pada tanah pisang yang dilakukan oleh kelompok 4 pertumbuhan jamur juga tidak menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dibandingkan pada bakteri.
Pada hari ke 2 dan ke 4 masing-masing koloni jamur secara berturut-turut 100 dan 121. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena apabila media tidaksesuai maka mikroorganisme yang kita isolasikan tidak akan tumbuh. Kita menggunakan media padat agar sel-sel yang didapat dapat terpisah sesuai koloninya. Apabila digunakan media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Untuk memisahkannya kita dapat memisahkannya dengan metode pengenceran, kemudian di tumbuhkan dalam media padat dan di biarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang terpisah.
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah bakteri tergantung pada keadaan sekitar.
Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006). Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan mikroskopik, hitungan cawan, MPN ( Most Probable Number); perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien. Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikroba yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiakan disebut juga metode penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap volume pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu: metode tuang ( pour plate) dan metode permukaan/sebar ( surface/spread plate) (Fardiaz, 1993).
Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk dihitung mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan tersebut dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah cfu/mL (cfu = colony forming units) (Waluyo 2008).
Semua alat dan bahan disiapkan. Tangan operator dan meja kerja disterilkan dengan Alkohol 70% lalu dilap dengan tisu. Bunsen dinyalakan dan ose dipijarkan.
Pada pratikum ini, pengenceran 10 -1 hingga 10 -4 telah dilakukan oleh asisten sehingga pengenceran yang dilakukan oleh praktikan dimulai dari pengenceran 10 -5 hingga 10 -7. Mikro pipet diatur sesuai dengan kebutuhan (100 µm) dan dipasangkan dengan tip. Tabung ulir yang berisi bakteri yang akan diencerkan (tabung pengenceran 10 -4) diambil dan dikocok lalu dibuka didekat bunsen. Kemudian mulut tabung dipanaskan sebentar dan sampel bakteri diambil sebanyak 1 mL dengan mikro pipet dengan cara menekan tombol di ujung alat (tidak sampai full).
Kemudian tabung ulir didekat lagi ke bunsen dan ditutup. Selanjutnya tabung ulir untuk pengenceran selanjutnya (tabung 10 -5) yang berisi larutan fisiologis 0,8% sebanyak 9 mL diambil dan dibuka, lalu mulut tabung dipanaskan sebentar. Kemudian sampel yang ada di mikro pipet dimasukkan ke tabung 10 -5 dengan cara menekan tombol ujung mikro pipet hingga full.
Setelah itu, tip pada mikro pipet dilepas dengan menekan tombol dekat tombol ujung mikro pipet. Selanjutnya tabung ulir disimpan di rak tabung. Untuk pengenceran selanjutnya, prosedur yang dilakukan sama dengan prosedur pengenceran pada tabung 10 -4 ke tabung 10 -5. Semua alat dan bahan disiapkan.
Tangan operator dan meja kerja disterilkan dengan Alkohol 70% lalu dilap dengan tisu. Bunsen dinyalakan, tip dipasang ke mikro pipet dan volume sampel yang akan diambil diatur pada mikro pipet. Selanjutnya sampel bakteri pada pengenceran 10 -5 diambil dengan mikro pipet sebanyak 0,1 mL dengan cara menekan tombol ujung mikro pipet, tetapi tidak sampai full. Kemudian sekeliling tepi cawan petri yang berisi media PCA steril dipanaskan dan dibuka. Selanjutnya sampel bakteri pada mikro pipet dipindahkan ke cawan petri yang berisi media dengan cara menekan tombol pada ujung mikro pipet hingga full kemudian cawan petri ditutup dan sekelilingnya dipanaskan lagi.
Setelah itu, batang penyebar dipanaskan dan bakteri pada cawan petri yang berisi sampel bakteri pengenceran 10 -5 disebar dengan batang penyebar hingga merata. Kemudian cawan petri ditutup dan sekelilingnya dipanaskan lagi. Pada penyebaran bakteri pengenceran 10 -6 dan 10 -7, prosedurnya sama dengan penyebaran bakteri pengenceran 10 -5.
Selanjutnya media yang berisi sampel bakteri disimpan selama ± 24 jam untuk diteliti dan dihitung. Hasil dari metode hitungan cawan menggunakan suatu standar yang disebut dengan Standart Plate Counts (SPC).
Standar tersebut adalah cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumllah koloni antara 30-300, beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan satu kumpulan koloni yang besar yang jumlah koloninya diragukan dapat dihitung sebagai satu koloni, dan satu deretan rantai koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni (Waluyo 2007). Plate count (PCA) adalah mikrobiologi umum digunakan untuk menilai atau memonitor 'total' atau layak pertumbuhan bakteri dari sampel. PCA adalah bukan media selektif. Komposisi agar-agar pelat menghitung dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung ( ) yaitu 0,5%, 0,25%, 0,1%, 1,5%, dan pH disesuaikan (Atlas 2004).
Bacillus merupakan bakteri Gram positif berbentuk batang, yang tersebar secara luas di berbagai negara (Hilman 2007). Bakteri Bacillus sp. Termasuk dalam marga Bacillus, yang bersifat aerob, tetapi beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif (Waluyo 2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam perhitungan bakteri dengan metode hitungan cawan, diperoleh hasil bahwa pada pengenceran 10 -5 dan 10 -6, jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media PCA dapat dihitung, sedangkan pada pengenceran 10 -7 jumlah koloni yang tumbuh pada media terlalu sedikit, sehingga tidak memenuhi syarat SPC. Pada kelompok 4, semua cawan yang diteliti, ditumbuhi koloni bakteri lebih dari 300 koloni sehingga terlalu banyak untuk dihitung dan tidak memenuhi SPC. Hal ini disebabkan karena saat pemindahan inokulan larutan yang diencerkan tidak homogen sehingga bakteri berkumpul pada satu bagian dalam tabung ulir. Hal ini juga disebabkan adanya kontaminasi saat penyebaran sampel pada media PCA.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran maka jumlah koloni bakteri semakin sedikit. Hal ini dapat dilihat pada pengenceran 10 -5 memiliki jumlah koloni yang terbanyak dan pengenceran 10 -7 memiliki jumlah koloni paling sedikit dan tidak memenuhi SPC. Jumlah koloni yang berkurang seiring dengan peningkatan pengenceran disebabkan karena jumlah bakteri yang terkandung dalam tiap 0,1mL volume inokulan yang dipindahkan semakin berkurang akibat pengenceran yang dilakukan. Hasil praktikum menujukkan bahwa jumlah koloni bakteri yang dapat terhitung berada pada tahap pengenceran 10 -5 dan 10 -6 sedangkan pada pengenceran 10 -7 koloni bakteri terlalu sedikit untuk dihitung. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran semakin rendah jumlah koloni bakteri. Dengan kata lain, tingkat pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni bakteri.
Melalui praktikum ini praktikan dapat mengetahui teknik perhitungan bakteri dengan metode hitungan cawan serta mengetahui teknik pengenceran serial. DAFTAR PUSTAKA.
Atlas, RM. Buku Pegangan Media Mikrobiologi. Jakarta: CRC Press. Capuccino, J.G & Sherman, N. Microbiology a Laboratory Mannual. USA: The Benjamin/Cummings Publish.
Fardiaz, S. Analisis Mikrobiologi Pangan.
Raja Grafindo Persada. Hidayat, Nur.
Metode Pengecoran Kolom Tinggi
Padaga, Sri Suhartini. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset. Hilman, Anton. Pestisida Hayati Dengan Bakteri Bacillus Thuringiensis. Irianto, K. Bandung: Yrama Widya,.
Waluyo, Lud. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press. Waluyo, Lud. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi.
Malang: UMM Press.
. Apa tujuan percobaan kali ini? Mahasiswa mampu melakukan pengenceran secara serial 2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian pada air sampel dengan metode Standard Plate Count (SPC). Apa yang Anda ketahui mengenai pengenceran secara serial?
Pengenceran secara bertahap, untuk praktikum kali ini pengenceran secara serial dilakukan untuk mengetahui pengenceran manakah yang memenuhi syarat ketelitian yang baik secara statistika (meminimalisir error). Apa yang Anda ketahui mengenai Standard Plate Count? SPC adalah suatu metode yang digunakan untuk menentukan kerapatan bakteri aerob dan aerob fakultatif heterotrof dalam air, perhitungan ini menggunakan asumsi bahwa setiap spesies bakteri membentuk koloni tersendiri dalam pertumbuhannya. Bagaimana standar analisa air untuk mengetahui bakteri coliform pada air? Uji duga (Presumtive Test) Bertujuan untuk menduga adanya bakteri coli yang mempunyai sifat mampu memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Apabila terbentuk gas dalam waktu 24 jam kedua (48 jam) uji dinyatakan meragukan.
Sedangkan apabila gas tidak terbentuk dalam waktu 48 jam uji dinyatakan negatif. Apabila hasil uji duga negatif, maka uji-uji berikutnya tidak perlu dilakukan karena dalam hal ini berarti pula tidak ada bakteri coli dalam contoh. Uji Penetapan (Comfirmed Test) Bertujuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan media yang secara umum digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLBB 2%) atau bisa juga menggunakan media selektif dan diferensial untuk bakteri coli seperti Endo Agar (EA). Pembacaan dilakukan dengan melihat 24-48 jam dengan melihat tabung-tabung yang positif. Uji Lengkap ( Completed Test) Bertujuan untuk mendapatkan hasil yang betul-betul lengkap dan memperkuat hasil uji sebelumnya.
Biasanya dengan membuat isolasi/ piaraan murni dengan coloni yang tumbuh pada test penetapan. Apa yang Anda ketahui mengenai metode penghitungan jumlah mikroba?. Secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung.
Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu: 1. Perhitungan pada cawan petri (total plate count / TPC) 2.
Perhitungan melalui pengenceran 3. Perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode) 4. Kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Perhitungan pada cawan dengan pengenceran Jumlah masing-masing cawan diamati setelah inkubasi, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni ialah yang mengandung antara 30 sampai 300 koloni, karena jumlah mikroorganisme dalam sampel tidak diketahui sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat tersebut maka harus dilakukan sederetan pengenceran dan pencawanan. Jumlah organisme yang terdapat dalam sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Metode MPN Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat.
Pada hasil akhir penghitungan bakteri pada cawan digunakan satuan CFU’s/volume atau berat. CFU’s adalah singkatan dari Coloni Forming Unit’s yang artinya unit-unit atau satuan pembentuk koloni. Yang dimaksud satuan pembentuk koloni adalah sel tunggal atau sekumpulan sel yang jika ditumbuhkan dalam cawan akan membentuk satu koloni tunggal. Pada dasarnya sel tersebar homogen pada sampel, tetapi ada jenis bakteri yang memang pembelahan selnya dapat terpisah baik sehingga tersebar merata tiap sel dan ada pula bakteri yang setelah membelah sel anakan masih menempel pada induknya, seperti halnya yang terjadi pada streptococcus, diplococcus, sarcin sehingga penyebarannya berkelompok-kelompok. Pada jenis yang seperti ini jika tersebar merata dalam kelompok-kelompok sel maka pertumbuhan menjadi koloni tunggal bukan berasal dari satu sel saja melainkan dari beberapa sel. Apa tujuan ditambahkan air pengencer yang merupakan campuran kalium hidrogen fosfat dan kalium dihidrogen fosfat?
Kalium hydrogen fosfat (K2HPO4) dan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) merupakan larutan buffer pada air pengencer yang berfungsi untuk menjaga pH agar tetap 7, karena pada umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada pH=7. Tujuan dari penjagaan pH larutan adalah untuk meminimalkan perbedaan tekanan osmotik antara cairan sel mikroba dengan larutan dimana bakteri terlarut. Jika perbedaan tekanan osmotic ini besar maka tubuh bakteri akan mengalami lisis. Apa tujuan ditambahkannya pembungkus alumunium foil pada botol air pengencer?
Kelima botol ini ditutup dan dilapisi aluminium foil lalu disterilisasi pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi. Hal ini bertujuan agar tutup botol tidak lepas pada saat dilakukan sterilisasi.
Bagaimana cara pembuatan blanko dan apa tujuan dibuatnya blanko? Untuk pembuatan blanko, dipipet 1 mL air pengencer dari botol V secara aseptik dan dipindahkan ke dalam cawan petri, kemudian NA steril dituang ke dalam cawan petri. Blanko digunakan sebagai faktor koreksi ada tidaknya kandungan mikroba dalam air pengencer. Apa saja syarat untuk perhitungan jumlah koloni bakteri?. Satu koloni dihitung 1 koloni. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
Metode Pengecoran Beton
Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidah dihitung. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni. Pelajari juga cara kerja!